Konstruksi Pengaman Pantai Amankan Garis Pantai Teluk Palu

Pembangunan 03 Juli 2020 

Image

PALU- Bencana tsunami akibat gempa 7,4 magnitudo September 2018 silam membuat sebagian besar infrastruktur di Kota Palu dan sekitarnya luluh lantak. Perhatian serta aksi tanggap pemerintah mulai dari penanganan hingga pasca bencana bahkan rehab rekon mulai memperlihatkan progres.

Salah satu yang dinilai urgen untuk ditangani secepatnya adalah pengaman bibir pantai untuk menyelamatkan infrastruktur lain dari abrasi akibat rob. Rusaknya pengaman pantai dan turunnya permukaan tanah akibat gempa menjadikan wilayah garis pantai Talise hingga Silae menjadi langganan rendaman akibat rob.

Sejak dimulaikan proses rehab rekon oleh wakil Menteri PUPR, John Wempi Wetipo, beberapa waktu lalu, Direktorat Sumber Daya Air Kementerian PUPR bergerak cepat mewujudkan pembangunan tanggul pengaman pantai sepanjang 7,2 kilometer dengan pelaksana pekerjaan perusahaan milik Negara PT. Adhi Karya (Persero), Tbk.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi Wilayah III, melalui Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu, (SNVT) Audy Haris P. Rantung ST.,MT mengatakan, prinsip pembangunan pengaman pantai bermanfaat untuk mengamankan garis pantai. Bangunan penahan pantai ini akan melindungi terjadinya kerusakan akibat abrasi pantai.

‘’Perlunya ada penahan pantai untuk menjaga rusaknya garis pantai yang semakin lama akan tergerus akibat hempasan air pasang. Alhamdulillah dengan mulainya pekerjaan, meskipun belum selesai, beberapa titik yang tadinya terjadi genangan air akibat banjir rob, sekarang sudah tidak lagi,’’ terang Kepala SNVT.

Dicontohkannya, di depan kantor Direktorat lalulintas Polda Sulteng. Pasca bencana tsunami, sering terjadi genangan akibat rob atau air pasang. Namun dengan mulainya penanganan, lokasi tersebut aman dari genangan air.

‘’Inilah sebabnya harus ada pengaman pantai, selain fungsi pengamanan garis pantai dari abrasi dan reduksi tsunami bangunan pengaman pantai juga dapat meningkatkan ekonomi Kawasan teluk palu juga melindungi infrastruktur lainnya yang ada, seperti jalan sebagai akses trasnportasi, mall, universitas, pusat jajanan masyarakat dan nelayan terlindung dari ombak besar sehingga sedia kala bahkan lebih maju lagi potensi wisatanya’’ sambung PPK, Dwi Cahyo Romadhoni. A, ST.,MT menjelaskan manfaat dan fungsi pembangunan pengaman pantai.

 
 

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian PUPR mendesain struktur bangunan pengaman pantai (Coastal Protection) didasarkan pada beberapa parameter antara lain pengamatan pasang surut, kecepatan angin dan gelombang untuk menentukan elevasi bangunan dan berat batu yang akan digunakan dan dituangkan dalam spesifikasi teknis.
Audy Haris P. Rantung memastikan seluruh material batu yang digunakan telah melalui uji laboratorium, sesuai spesifikasi yang disyaratkan. Baik ukuran batu sampai dengan ukuran batu yang pengisi yang ditoleransi, semua sesuai spesifikasi dalam perencanaan.

Lebih lanjut dikatakannya, desain pembangunan pantai telah mengakomodir rencana vegetasi. Dimana dibeberapa titik disesuaikan dengan rencana penanaman bakau.
‘’Termasuk di wilayah penggaraman, juga telah didesain dengan jalur keluar masuk air untuk kebutuhan petani garam, sesuai ketentuan Kementerian Kelautan dan Perikanan,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Project Manager PT. Adhi Karya (Persero), Tbk. Adi Sucipto, ST.,MT mengaku tetap berpegang pada spesifikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seluruh mitra dalam pengawasan ketat.

‘Sedikit saja menyimpang, kami langsung panggil. Jangan sampai proyek yang didanai begitu besar tapi tidak dibarengi dengan kualitas yang baik. Masyarakat harus menerima manfaat dari pekerjaan ini,’’ harap Adi Sucipto.

Diakui dalam pekerjaan masih menemui kendala di lapangan, khususnya berkaitan dengan keinginan masyarakat sekitar. Namun pihaknya terus mensosialisasikan tujuan dan manfaat bagi masyarakat atas pemasangan tanggul tersebut.

Salah satu yang sempat menjadi hambatan, adanya keinginan masyarakat tentang fasilitas tambatan perahu bagi nelayan pesisir pantai. Keinginan tersebut telah diakomodir dengan melakukan desain untuk tambatan perahu untuk kepentingan masyarakat nelayan.

‘’Yang pasti tambatan perahu akan dibangun. Desain awal yang direncanakan mendapat banyak masukan dari asosiasi nelayan sehingga memerlukan review desain dari tim perencana’’ terangnya. (awl)



Komentar